ART oh ART
Aku tuh gak punya ART. Sejak mba Mi pulang kampung, kami
tidak lagi punya keinginan untuk punya Art yang tinggal di rumah. Dengan
gagahnya aku yakin, semua kerjaan bisa beres. Ya memang sih, kebanyakan kerjaan
bisa terhandle, kecuali menyetrika.
Setelah melihat setrikaan yang bertumpuk, masih belum
niat mau cari art... Pasti bisa selesailah. Satu saat bu Gatot tetanggaku
cerita kalau dia kasihan sama mama Ari. Udah kena stroke, tangan kiri susah
digerakkan suaminya kawin lagi pula. Sekarang mama Ari lagi cari kerja, kali
ada yang mau. Dipicu rasa kasihan dan memang butuh, tanpa pikir panjang aku
bilang, " saya sedang butuh buat menyetrika doank nih bu. Boleh donk kasih
tahu ya".
Dan akhirnya mama Ari kerja di tempat kami. Tapi di awal
aku bilang kalau gak usah datang tiap hari, ketika bisa aja dan dibayar per
kedatangan. Ternyata cocok nih dengan keinginan dia. Dan mulai lah kerja di
tempat kami. Hari pertama, dia datang dan 4 jam dihabiskn untuk menyetrika.
Hasil setrikaan yah adalah 30 potong baju.. bolehlah, inget, dia kan kena
stroke..jadi hasil segitu ya okelah.
Besoknya dia datang lagi dan waktu yang digunakan sama
dengan hari sebelumnya dengana hasil yang sma juga. Dan besoknya datang
lagi..datang lagi.
Waduh... Kalau sekali kedatangan 50000, sudah sepuluh
hari, sudah 500000. Oke. Mami mulai cemas. Bisa miskin ini kalau tiap hari
datang. mami pun bilang ke mama ari " mba..datangnya gak usah tiap hari..2
kali seminggu aja. Kalau tiap hari, bisa miskin sayah....".. dia jawab
" iya deh mi".
Sekarang aku tinggal deg degan nunggu tagihan
listrik....bisa jebol nih..ampuuunnn...
Komentar
Posting Komentar